Minggu, 15 Mei 2016

Anemia Pada Kehamilan

1.1            Latar Belakang

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani (selalu rileks dan tidak stress). Di masa-masa ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnya. Semua keluhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan.
Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Anemia ini secara sederhana dapat kita artikan dengan kurangnya sel-sel darah merah di dalam darah daripada biasanya.
Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993).

1.2            Rumusan Masalah

1.      Apakah definisi Anemia ?
2.      Apakah etiologi Anemia ?
3.      Apakah faktor predisposisi anemia ?
4.      Apakah tanda dan gejala Anemia ?
5.      Bagaimanakah patofisiologi Anemia ?
6.      Bagaimanakah epidemiologi Anemia ?
7.      Apakah komplikasi Anemia ?
8.      Bagaimanakah penatalaksanaan Anemia ?

1.3        Tujuan

Untuk mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, epidemiologi, komplikasi dan penatalaksaan Anemia pada ibu hamil.

1.4         Manfaat

·         Bagi Penulis
Dapat mengetahui komplikasi dan penatalaksanaan anemia pada ibu hamil.
·         Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai komplikasi yang terjadi pada ibu hamil dengan anemia serta mengetahui penatalaksaan yang tepatuntuk kasus anemia yang terjadi pada ibu hamil.


2.1      Definisi

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. Nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi karena hemodilusi, terutama pada trimester II. (Prawirohardjo, Sarwono,2010, Hal.281)
Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah atau haemoglobin, dengan diagnosis kadar Hb <11 g/dl (pada trimester I dan III) atau <10,5 gr/dl (pada trimester II). ( Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasiltas Kesehatan Dasar dan Rujukan, 2013).
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi darah. Secara umum, definisi anemia dalam kehamilan adalah kadar Hb kurang dari 10,0 gram per 100 mililiter (10gram/desiliter) untuk wanita hamil. (Helen, Varney.dkk, 2007, Hal.263).

2.2            Etiologi

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002). Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1.      Kurang gizi (malnutrisi)
2.      Kurang zat besi
3.      Malabsorpsi (ketidakmampuan saluran cerna untuk menyerap nutrisi)
4.      Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5.      Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

2.3            Faktor Predisposisi


a.       Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat,
b.      Kelainan gastrointestinal,
c.       Penyakit kronis, dan
d.      Riwayat keluarga
(Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasiltas Kesehatan Dasar dan Rujukan, 2013).

2.4      Tanda dan Gejala

Menurut Helen, Varney walaupun tanpa gejala, anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala seperti berikut, yaitu :
                               a.            Letih, sering mengantuk,
                              b.            Pusing, lemah, nyeri kepala
                               c.            Luka pada lidah
                              d.            Kulit pucat, konjungtiva pucat
                               e.            Bantalan kuku pucat
                               f.            Tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah

2.5            Klasifikasi Anemia

·   Klasifikasi Anemia menurut Depkes yaitu :
             a.      Tidak anemia dengan Hb lebih dari 11gr%
            b.      Anemia ringan dengan Hb 9-10,9gr%
             c.      Anemia sedang dengan Hb 7-8,9gr%
            d.      Anemia berat dengan Hb kurang dari 7gr%
·   Berdasarkan klasifikasi WHO kadar haemoglobin pada wanita hamil dapat dibagi 3 kategori yaitu :
             a.      Anemia Ringan      : Kadar Hb 9 – 11 gr%
            b.      Anemia Sedang     : Kadar Hb 7 – 8 gr%
             c.      Anemia Berat          : Kadar Hb < 7 gr%
Pemeriksan Hb dilakukan minimal dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III. Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu hamil. 

2.6            Patofisiologi

Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia). Hypervolemia merupakan hasil dari peningkatan volume  plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi  peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga memberi efek yaitu konsentrasi hemoglobin  berkurang dari 12 g/100 ml (Sarwono, 2009). Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan kerja jantung. Hemodilusi (pengenceran darah) terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%.

2.7            Epidemiologi

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan adalah perdarahan (28 persen), eklampsi (24 persen), infeksi (11 persen), persalinan lama (5 persen), dan abortus (5 persen).
Penyebab perdarahan yang utama salah satunya terkait dengan anemia atau kekurangan zat besi.

2.8            Komplikasi

1.     Pengaruh anemia terhadap kehamilan
Dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb<6 gr%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD). (Manuaba, 2010)

2.     Pengaruh anemia terhadap janin
Meskipun janin mampu menyerap berbagai kebutuhan  dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan seperti abortus,  kematian intrauterine, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah terinfeksi sampai dengan terjadinya kematian perinatal. (Manuaba, 2010)

2.9            Penatalaksanaan

1.      Memberitahukan ibu mengenai bahaya anemia
2.      Memberitahukan ibu untuk rutin mengkonsumsi tablet Fe
3.      Memberitahukan ibu cara mengkonsumsi Fe serta manfaat dan efek damping dari tablet Fe
4.      Memberitahukan ibu untuk mengkonsumsi makan yang mengandung zat besi tinggi
5.     Memberitahukan ibu untuk rutin memeriksakan kehamilannya agar terpantau kadar hemoglobin



2.10       Kasus

Ny. A usia 25 tahun G1P0A0 datang ke kelas ibu hamil pada hari rabu 16 september 2015 pukul 09.30 WIB di dusun Banteng Ompong RT/RW 09/05, desa Cikarang. Ibu mengaku hamil 8 bulan dan mengeluh sering pusing dan lemas. Hasil anamnesa : ibu mengatakan sering pusing dan lemas. Hasil pemeriksaan : TD: 100/60 mmHg, Nadi: 81 x/menit, Respirasi: 17 x/menit, BB: 60 kg, TFU: 27 cm, HPHT : 24-01-2015, TP: 01-11-2015, UK : 31 minggu, DJJ: 145x/menit, presentasi kepala.
1.   Data Subjektif
Ny. A usia 25 tahun G1P0A0 dengan keluhan sering pusing dan lemas.
2.   Data Objektif
TD: 100/60 mmHg, Nadi: 81 x/menit, Respirasi: 17 x/menit, BB: 60 kg, TFU: 27 cm, HPHT : 24-01-2015, TP: 01-11-2015, UK : 31 minggu, DJJ: 145x/menit, presentasi kepala, Hb: 9,8 gr%.
3.   Assessment
·         Diagnosa : Ibu 25 tahun G1P0A0 dengan anemia sedang
·         Masalah potensial : Anemia berat
·         Antisipasi masalah potensial : Memberikan penkes pentingnya Fe
4.      Planning
1.      Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan.
E : ibu menjadi tahu keadaannya.
2.      Memberikan penkes kepada ibu untuk mengkonsumsi tablet Fe serta menjelaskan manfaat dan cara mengkonsumsi tablet Fe.
E : ibu akan segera melakukannya setelah pulang dari kelas ibu hamil.
3.      Memberitahu ibu mengenai bahaya anemia.
E : ibu mengerti dan paham.
4.      Memberitahu kepada ibu untuk istirahat yang cukup.
E : ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
5.      Memberitahu ibu untuk mengkonsumsi sayuran yang mengandung zat besi seperti bayam.
E : ibu mengerti dan akan melakukannya.
6.      Memberitahu ibu mengenai pola aktivitas yang dapat dilakukan pada saat usia kehamilan trimester III
E : ibu mengerti dan akan melakukannya.
7.      Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang dua minggu mendatang atau jika ada keluahan ke tenaga kesehatan baik di puskesmas atau posyandu
E : ibu bersedia melakukannya.

3.1 Kesimpulan

Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat kekurangan sel darah merah atau haemoglobin, dengan diagnosis kadar Hb <11 g/dl (pada trimester I dan III) atau <10,5 gr/dl (pada trimester II).
Dapat disebabkan oleh diet rendah zat besi, B12, dan asam folat, kelainan gastrointestinal, penyakit kronis, dan riwayat keluarga.
Pengaruhnya terhadap kehamilan adalah dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb<6 gr%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD).
Sedangkan terhadap janin adalah abortus,  kematian intrauterine, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah terinfeksi sampai dengan terjadinya kematian perinatal.

3.2 Saran

Pada pembahasan makalah ini penulis memberikan saran kepada tenaga kesehatan untuk memberikan penkes yang dapat dimengerti oleh klien dan klien dapat melakukannya serta penkes mengenai cara pencegahan anemia agar tidak terjadi komplikasi baik selama kehamilan ataupun komplikasi pada persalinan dan masa nifas.




DAFTAR PUSTAKA


Unimus. Anemia. 27 September 2015. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-isrianikag-5163-2-bab1.pdf
Manuaba, IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB. Jakarta : EGC 
Medika Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka


Minggu, 13 September 2015

Diastasis Rekti Pada Ibu Nifas


1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerpurium) adalah waktu yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil)dalam waktu kurang lebih 3 bulan.  Kemungkinan timbul masalah dan penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera ditangani secara efektif akan membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
untuk  itu pemberian asuhan kebidanan kepada ibu dalam  masa nifas sangat perlu dilakukan yang bertujuan untuk  menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini adanya komplikasi dan infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi.
Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan. pelayanan atau asuhan merupakan cara penting untuk  memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal dan mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayi sehat.

1.2 Rumusan masalah

·         Apakah definisi diastasis rekti ?
·         Bagaimana etiologi diastasis rekti ?
·         Bagaimana tanda dan gejala diastasis rekti ?
·         Bagaimana patofisiologi diastasis rekti ?
·         Bagaimana epidemiologu diastasis rekti ?
·         Apakah komplikasi diastasis rekti ?
·         Bagaimanakah penatalaksanaan diastasis rekti ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, epidemiologi, komplikasi dan penatalaksaan diastasis rekti pada ibu nifas.

1.4 Manfaat

·         Bagi Penulis
Dapat mengetahui komplikasi yang terjadi pada nifas seperti konstipasi dengan lebih jelas dan pembahasan yang luas.
·         Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai komplikasi yang terjadi pada ibu nifas khususnya konstipasi serta dapat dijadikan sebagai referensi atau perbandingan dalam pembelajaran.

2.1 Definisi

Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen.
Diastasis rekti abdominalis umumnya terjadi di sekitar umbilikus, tetapi dapat terjadi di mana saja antara proses Xifoideus dan tulang kemaluan (pubis).
Setelah melahirkan normalnya diastasis rekti sekitar 5 cm dan akan menjadi 2 cm dan akan kembali normal setelah 6-8 minggu.

2.2 Etiologi

Diastasis rekti adalah hasil dari kelemahan peregangan otot perut dari perubahan hormon ibu dan ketegangan yang meningkat dengan membesarnya rahim selama kehamilan.
Pemisahan terjadi karena tanggapan terhadap kekuatan rahim menekan dinding perut ketika hamil dan hormon melunakkan jaringan ikat.
Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah.

2.3 Tanda gejala

·         Teraba otot yang terpisah pada pemeriksaan dengan palpasi abdomen pada saat kontraksi maupun relaksasi.
·         Diastasis recti terlihat seperti sisir, yang melintang di tengah area perut. Dan meregang dari bawah tulang payudara dampai ke bawah perut, dan diperkuat dengan tegangan otot 

2.4 Patofisiologi

Diastasis recti biasanya terlihat pada wanita dengan multiparitas, karena otot-ototnya sudah diregang beberapa kali. Kulit tambahan dan jaringan lembut didepan dinding abdomen mungkin menjadi satu-satunya tanda dari kondisi ii pada awal kehamilan.Pada kehamilan yang lebih lanjut, bagian atas dari uterus biasanya terlihat menggantung keluar dinding abdomen. Beberapa bagian tubuh janin mugkin bisa terlihat pada beberapa kasus..
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrY3P5kEOFhib2w9Eura69h72a5K0kOgYao7ntO9PpjDdgAZYzWJ-5t0Mm6RbwgZNvfE9qfVt7fly_KUHT_VsHxCFpRqy7kUm7NpFQlETBAm_4x4R8iQpU5tb0x06huksHnIkU-PKDDqJh/s1600/300_145286.jpg

 

2.5 Epidemiologi

Semua wanita yang pernah hamil pasti akan mengalami diastasis rekti.

2.6 Komlpikasi

·         Hernia umbilikalis
Menurut Medline Ditambah Encyclopedia Medis, komplikasi paling serius diastasis recti adalah hernia umbilikalis. Sebuah hernia umbilikalis terjadi ketika pemisahan otot-otot perut memungkinkan bagian dari usus untuk menonjol.
·         Back Pain
Karena otot-otot perut Anda mendukung tulang belakang Anda, diastasis recti dapat menyebabkan nyeri kronis pada punggung bawah Anda. Rendah kembali sakit dapat menyebabkan sikap tubuh yang buruk

2.7 Pemeriksaan diastasis rektus abdominalis

a. Posisikan pasien berbaring tanpa bantal dikepala
     b. Letakkan tangan kanan merapat dibawah umbilicus tengah abdominal dengan ujung  
  jari telunjuk dibawah umbilikus dan tangan kiri dengan jari merapat di atas simfisis.
c. minta pasien mengangkat kepala dan berusaha meletakkan dagunya di daerah antara  payudara fungsi supaya otot aabdominal mengencang. Tempat tidur pastikan pasien tidak menekan dagu pada klavikula, tangan tidak menekan dan mensengkram kasur dan tempat tidur.
d. Tangan bidan akan  merasakan otot abdominal sperti 2 pita karet, arahkan kedua tangan kegaris tengah darin 2 otot jika ada diastasis maka akan terasa batas yang tegas.
e. Ukur jarak kedua otot tersebut dengan satuan jari tangan
f. Letakkan kedua tangan dengan punggung tangan berhadapan untuk memebri tanda batas diatasis otot, posis kedua tangan dipertahankan.
g. Minta pasien untuk menurunkan kepala dan rileks kembali.
h. Ukur kembali jarak kedua otot dengan cara yang sama.
i. Dokumentasikan  hasil pemeriksaan dengan hasil=diastasis 2/5 jari (artinya 2 jari saat kontrksi dan 5 jari saat rilkes)

2.8 Penanganan

1. Pemeriksaan rectus/perut
2. Dianjurkan untuk senam/latihan otot
3. Memakai stagen
4. Fisioterapi       
5. Jika terjadi hernia dilakukan pembedahan

2.9 Kasus

Seorang ibu P2A0 berusia 25 tahun datang ke BPM bidan Winda Yunilasari, SST. Diantarkan oleh ibunya pada pukul 16.30. ibu mengatakan akan melakukan kunjungan ulang setelah persalinan anak keduanya pada tanggal 08 Mei 2015. Hasil anamnesa : ibu mengatakan tidak ada keluhan dan hanya ingiin memeriksakan dirinya. Hasil pemeriksaan : TD: 120/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, suhu: 36,5 ⁰C, respirasi: 16 x/menit, pada palpasi abdomen TFU teraba dipertengahan pusat simpisis, diastasis rekti 2/5, luka perineum kering.
1.     Data subjektif
Ibu P2A0 usia 25 tahun mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang tanpa ada keluhan.
2.     Data objektif
TD: 120/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, suhu: 36,5 ⁰C, respirasi: 16 x/menit, pada palpasi abdomen TFU teraba dipertengahan pusat simpisis, diastasis rekti 2/5 (saat kontraksi dan relaksasi).
3.     Assessment
Diagnosa : Ibu P2A0 postpartum 4 hari tidak ada keluhan.
Masalah potensial : tidak ada
Antisipasi masalah potensia : tidak ada
4.     Planning
·         Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan
E : ibu menjadi tahu keadaannya
·         Memberikan penkes kepada ibu untuk menjaga kebersihan alat kelaminnya (vulva hygience)
E : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
·         Memberitahu ibu untuk melakukan mobilisasi dan mulai beraktivitas
E : ibu mengerti dan akan melakukannya
·         Mengajarkan ibu untuk melakukan senam nifas (senam kegel) dan memberitahu manfaatnya
E : ibu mengerti dan akan melakukannya di rumah
·         Memberikan penkes kepada ibu dan keluarga untuk konsumsi buah dan sayur dan jangan ada pantangan makanan
E : ibu mengerti dan akan melakukannya
·         Memberitahu ibu untuk istirahat cukup dan jangan melakukan aktivitas berat terlebih dahulu.
E : ibu mengerti dan akan melakukannya
·         Memberikan penkes kepada ibu dan keluarga untuk jangan mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat mengenai ibu nifas
E : ibu dan keluarganya mengerti
·         Memberi tahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang satu minggu mendatang
E : ibu bersedia melakukannya


3.1 Kesimpulan

Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen.
Penanganan pada diastasis rekti yaitu pemeriksaan rectus/perut, dianjurkan untuk senam/latihan otot, memakai stagen, fisioterapi, jika terjadi hernia dilakukan pembedahan.
Komplikasi pada diastasis rekti adalah hernia umbilikaslis dan back pain. Semua wanita yang pernah hamil pasti akan mengalami diastasis rekti.
Setelah melahirkan normalnya diastasis rekti sekitar 5 cm dan akan menjadi 2 cm dan akan kembali normal setelah 6-8 minggu.

3.2 Saran

Pada pembahasan makalah ini penulis memberikan saran kepada tenaga kesehatan untuk memberikan penkes bahwa diastasis rekti adalah perubahan fisik yang normal pada ibu post partum dan tenaga kesehatan bersedia untuk mengajarkan senam nifas (kegel).


DAFTAR PUSTAKA


Syaifuddin,abdur bari,dkk.2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
f.Gari Cunningham,dkk.2012.Obstetri Williams.Jakarta:EGC 
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan  Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Penuntun Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas.14 Mei 2015. http://www.academia.edu/6306492/PENUNTUN_BELAJAR_PEMERIKSAAN_FISIK_IBU_NIFAS