1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerpurium)
adalah waktu yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir kira-kira 6
minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum
hamil)dalam waktu kurang lebih 3 bulan. Kemungkinan timbul masalah dan
penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera ditangani secara efektif akan
membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
untuk itu pemberian asuhan kebidanan
kepada ibu dalam masa nifas sangat perlu dilakukan yang bertujuan
untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini adanya
komplikasi dan infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta memberikan
pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi.
Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai
perubahan. pelayanan atau asuhan merupakan cara penting untuk
memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal dan mengetahui secara dini
bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui
masa nifasnya dengan selamat dan bayi sehat.
1.2 Rumusan masalah
·
Apakah definisi diastasis rekti ?
·
Bagaimana etiologi diastasis rekti ?
·
Bagaimana tanda dan gejala diastasis rekti ?
·
Bagaimana patofisiologi diastasis rekti ?
·
Bagaimana epidemiologu diastasis rekti ?
·
Apakah komplikasi diastasis rekti ?
·
Bagaimanakah penatalaksanaan diastasis rekti ?
1.3 Tujuan
Untuk
mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, epidemiologi,
komplikasi dan penatalaksaan diastasis rekti pada ibu nifas.
1.4 Manfaat
·
Bagi Penulis
Dapat mengetahui komplikasi yang terjadi pada nifas seperti
konstipasi dengan lebih jelas dan pembahasan yang luas.
·
Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai komplikasi
yang terjadi pada ibu nifas khususnya konstipasi serta dapat dijadikan sebagai
referensi atau perbandingan dalam pembelajaran.
2.1 Definisi
Diastasis rekti adalah pemisahan otot
rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon
terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen.
Diastasis rekti
abdominalis umumnya terjadi di sekitar umbilikus, tetapi dapat terjadi di mana
saja antara proses Xifoideus dan tulang kemaluan (pubis).
Setelah melahirkan normalnya diastasis
rekti sekitar 5 cm dan akan menjadi 2 cm dan akan kembali normal setelah 6-8
minggu.
2.2 Etiologi
Diastasis rekti
adalah hasil dari kelemahan peregangan otot perut dari perubahan hormon ibu dan
ketegangan yang meningkat dengan membesarnya rahim selama kehamilan.
Pemisahan
terjadi karena tanggapan terhadap kekuatan rahim menekan dinding perut ketika
hamil dan hormon melunakkan jaringan ikat.
Kasus ini
sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur
yang salah.
2.3 Tanda gejala
·
Teraba otot yang terpisah pada pemeriksaan dengan palpasi abdomen
pada saat kontraksi maupun relaksasi.
·
Diastasis recti terlihat
seperti sisir, yang melintang di tengah area perut. Dan meregang dari bawah
tulang payudara dampai ke bawah perut, dan diperkuat dengan tegangan otot
2.4 Patofisiologi
Diastasis recti biasanya terlihat pada wanita dengan multiparitas, karena
otot-ototnya sudah diregang beberapa kali. Kulit tambahan dan jaringan lembut
didepan dinding abdomen mungkin menjadi satu-satunya tanda dari kondisi ii pada
awal kehamilan.Pada kehamilan yang lebih lanjut, bagian atas dari uterus
biasanya terlihat menggantung keluar dinding abdomen. Beberapa bagian tubuh
janin mugkin bisa terlihat pada beberapa kasus..
2.5 Epidemiologi
Semua wanita
yang pernah hamil pasti akan mengalami diastasis rekti.
2.6 Komlpikasi
·
Hernia umbilikalis
Menurut Medline Ditambah Encyclopedia Medis,
komplikasi paling serius diastasis recti adalah hernia umbilikalis. Sebuah
hernia umbilikalis terjadi ketika pemisahan otot-otot perut memungkinkan bagian
dari usus untuk menonjol.
·
Back Pain
Karena otot-otot perut Anda mendukung tulang belakang
Anda, diastasis recti dapat menyebabkan nyeri kronis pada punggung bawah Anda.
Rendah kembali sakit dapat menyebabkan sikap tubuh yang buruk
2.7 Pemeriksaan diastasis rektus abdominalis
a.
Posisikan pasien berbaring tanpa bantal dikepala
b. Letakkan tangan kanan merapat dibawah
umbilicus tengah abdominal dengan ujung
jari
telunjuk dibawah umbilikus dan tangan kiri dengan jari merapat di atas
simfisis.
c.
minta pasien mengangkat kepala dan berusaha meletakkan dagunya di daerah antara
payudara fungsi supaya otot aabdominal mengencang. Tempat tidur pastikan
pasien tidak menekan dagu pada klavikula, tangan tidak menekan dan mensengkram
kasur dan tempat tidur.
d.
Tangan bidan akan merasakan otot abdominal sperti 2 pita karet, arahkan
kedua tangan kegaris tengah darin 2 otot jika ada diastasis maka akan terasa
batas yang tegas.
e.
Ukur jarak kedua otot tersebut dengan satuan jari tangan
f.
Letakkan kedua tangan dengan punggung tangan berhadapan untuk memebri tanda
batas diatasis otot, posis kedua tangan dipertahankan.
g.
Minta pasien untuk menurunkan kepala dan rileks kembali.
h.
Ukur kembali jarak kedua otot dengan cara yang sama.
i.
Dokumentasikan hasil pemeriksaan dengan hasil=diastasis 2/5 jari (artinya
2 jari saat kontrksi dan 5 jari saat rilkes)
2.8 Penanganan
1.
Pemeriksaan rectus/perut
2.
Dianjurkan untuk senam/latihan otot
3.
Memakai stagen
4. Fisioterapi
5.
Jika terjadi hernia dilakukan pembedahan
2.9 Kasus
Seorang ibu
P2A0 berusia 25 tahun datang ke BPM bidan Winda Yunilasari, SST. Diantarkan
oleh ibunya pada pukul 16.30. ibu mengatakan akan melakukan kunjungan ulang
setelah persalinan anak keduanya pada tanggal 08 Mei 2015. Hasil anamnesa : ibu
mengatakan tidak ada keluhan dan hanya ingiin memeriksakan dirinya. Hasil
pemeriksaan : TD: 120/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, suhu: 36,5 ⁰C, respirasi: 16
x/menit, pada palpasi abdomen TFU teraba dipertengahan pusat simpisis,
diastasis rekti 2/5, luka perineum kering.
1.
Data
subjektif
Ibu P2A0
usia 25 tahun mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang tanpa ada keluhan.
2.
Data
objektif
TD: 120/70
mmHg, nadi: 80 x/menit, suhu: 36,5 ⁰C, respirasi: 16 x/menit, pada palpasi
abdomen TFU teraba dipertengahan pusat simpisis, diastasis rekti 2/5 (saat
kontraksi dan relaksasi).
3.
Assessment
Diagnosa :
Ibu P2A0 postpartum 4 hari tidak ada keluhan.
Masalah
potensial : tidak ada
Antisipasi
masalah potensia : tidak ada
4.
Planning
·
Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan
E : ibu
menjadi tahu keadaannya
·
Memberikan penkes kepada ibu untuk menjaga kebersihan alat
kelaminnya (vulva hygience)
E : ibu
mengerti dan bersedia melakukannya
·
Memberitahu ibu untuk melakukan mobilisasi dan mulai beraktivitas
E : ibu
mengerti dan akan melakukannya
·
Mengajarkan ibu untuk melakukan senam nifas (senam kegel) dan
memberitahu manfaatnya
E : ibu
mengerti dan akan melakukannya di rumah
·
Memberikan penkes kepada ibu dan keluarga untuk konsumsi buah dan
sayur dan jangan ada pantangan makanan
E : ibu
mengerti dan akan melakukannya
·
Memberitahu ibu untuk istirahat cukup dan jangan melakukan
aktivitas berat terlebih dahulu.
E : ibu
mengerti dan akan melakukannya
·
Memberikan penkes kepada ibu dan keluarga untuk jangan mempercayai
mitos-mitos yang beredar di masyarakat mengenai ibu nifas
E : ibu dan
keluarganya mengerti
·
Memberi tahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang satu minggu
mendatang
E : ibu
bersedia melakukannya
3.1 Kesimpulan
Diastasis rekti adalah pemisahan otot
rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon
terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen.
Penanganan
pada diastasis rekti yaitu pemeriksaan
rectus/perut,
dianjurkan
untuk senam/latihan otot, memakai
stagen, fisioterapi,
jika terjadi hernia dilakukan pembedahan.
Komplikasi
pada diastasis rekti adalah hernia umbilikaslis dan back pain. Semua wanita
yang pernah hamil pasti akan mengalami diastasis rekti.
Setelah melahirkan normalnya diastasis
rekti sekitar 5 cm dan akan menjadi 2 cm dan akan kembali normal setelah 6-8
minggu.
3.2 Saran
Pada pembahasan makalah ini penulis memberikan saran kepada
tenaga kesehatan untuk memberikan penkes bahwa diastasis rekti adalah perubahan
fisik yang normal pada ibu post partum dan tenaga kesehatan bersedia untuk
mengajarkan senam nifas (kegel).
DAFTAR PUSTAKA
f.Gari Cunningham,dkk.2012.Obstetri Williams.Jakarta:EGC
Saleha, Sitti. 2009.
Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Penuntun Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas.14 Mei 2015.
http://www.academia.edu/6306492/PENUNTUN_BELAJAR_PEMERIKSAAN_FISIK_IBU_NIFAS