Minggu, 13 September 2015

Diastasis Rekti Pada Ibu Nifas


1.1 Latar Belakang

Masa nifas (puerpurium) adalah waktu yang dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat kandungan kembali seperti semula (sebelum hamil)dalam waktu kurang lebih 3 bulan.  Kemungkinan timbul masalah dan penyulit selama masa nifas. Apabila tidak segera ditangani secara efektif akan membahayakan kesehatan, bahkan bisa menyebabkan kematian dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
untuk  itu pemberian asuhan kebidanan kepada ibu dalam  masa nifas sangat perlu dilakukan yang bertujuan untuk  menjaga kesehatan ibu dan bayi, melaksanakan deteksi dini adanya komplikasi dan infeksi, memberikan pendidikan pada ibu serta memberikan pelayanan kesehatan pada ibu dan bayi.
Selama masa nifas ibu akan mengalami berbagai perubahan. pelayanan atau asuhan merupakan cara penting untuk  memonitor dan mendukung kesehatan ibu nifas normal dan mengetahui secara dini bila ada penyimpangan yang ditemukan dengan tujuan agar ibu dapat melalui masa nifasnya dengan selamat dan bayi sehat.

1.2 Rumusan masalah

·         Apakah definisi diastasis rekti ?
·         Bagaimana etiologi diastasis rekti ?
·         Bagaimana tanda dan gejala diastasis rekti ?
·         Bagaimana patofisiologi diastasis rekti ?
·         Bagaimana epidemiologu diastasis rekti ?
·         Apakah komplikasi diastasis rekti ?
·         Bagaimanakah penatalaksanaan diastasis rekti ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, epidemiologi, komplikasi dan penatalaksaan diastasis rekti pada ibu nifas.

1.4 Manfaat

·         Bagi Penulis
Dapat mengetahui komplikasi yang terjadi pada nifas seperti konstipasi dengan lebih jelas dan pembahasan yang luas.
·         Bagi Pembaca
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai komplikasi yang terjadi pada ibu nifas khususnya konstipasi serta dapat dijadikan sebagai referensi atau perbandingan dalam pembelajaran.

2.1 Definisi

Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen.
Diastasis rekti abdominalis umumnya terjadi di sekitar umbilikus, tetapi dapat terjadi di mana saja antara proses Xifoideus dan tulang kemaluan (pubis).
Setelah melahirkan normalnya diastasis rekti sekitar 5 cm dan akan menjadi 2 cm dan akan kembali normal setelah 6-8 minggu.

2.2 Etiologi

Diastasis rekti adalah hasil dari kelemahan peregangan otot perut dari perubahan hormon ibu dan ketegangan yang meningkat dengan membesarnya rahim selama kehamilan.
Pemisahan terjadi karena tanggapan terhadap kekuatan rahim menekan dinding perut ketika hamil dan hormon melunakkan jaringan ikat.
Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah.

2.3 Tanda gejala

·         Teraba otot yang terpisah pada pemeriksaan dengan palpasi abdomen pada saat kontraksi maupun relaksasi.
·         Diastasis recti terlihat seperti sisir, yang melintang di tengah area perut. Dan meregang dari bawah tulang payudara dampai ke bawah perut, dan diperkuat dengan tegangan otot 

2.4 Patofisiologi

Diastasis recti biasanya terlihat pada wanita dengan multiparitas, karena otot-ototnya sudah diregang beberapa kali. Kulit tambahan dan jaringan lembut didepan dinding abdomen mungkin menjadi satu-satunya tanda dari kondisi ii pada awal kehamilan.Pada kehamilan yang lebih lanjut, bagian atas dari uterus biasanya terlihat menggantung keluar dinding abdomen. Beberapa bagian tubuh janin mugkin bisa terlihat pada beberapa kasus..
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrY3P5kEOFhib2w9Eura69h72a5K0kOgYao7ntO9PpjDdgAZYzWJ-5t0Mm6RbwgZNvfE9qfVt7fly_KUHT_VsHxCFpRqy7kUm7NpFQlETBAm_4x4R8iQpU5tb0x06huksHnIkU-PKDDqJh/s1600/300_145286.jpg

 

2.5 Epidemiologi

Semua wanita yang pernah hamil pasti akan mengalami diastasis rekti.

2.6 Komlpikasi

·         Hernia umbilikalis
Menurut Medline Ditambah Encyclopedia Medis, komplikasi paling serius diastasis recti adalah hernia umbilikalis. Sebuah hernia umbilikalis terjadi ketika pemisahan otot-otot perut memungkinkan bagian dari usus untuk menonjol.
·         Back Pain
Karena otot-otot perut Anda mendukung tulang belakang Anda, diastasis recti dapat menyebabkan nyeri kronis pada punggung bawah Anda. Rendah kembali sakit dapat menyebabkan sikap tubuh yang buruk

2.7 Pemeriksaan diastasis rektus abdominalis

a. Posisikan pasien berbaring tanpa bantal dikepala
     b. Letakkan tangan kanan merapat dibawah umbilicus tengah abdominal dengan ujung  
  jari telunjuk dibawah umbilikus dan tangan kiri dengan jari merapat di atas simfisis.
c. minta pasien mengangkat kepala dan berusaha meletakkan dagunya di daerah antara  payudara fungsi supaya otot aabdominal mengencang. Tempat tidur pastikan pasien tidak menekan dagu pada klavikula, tangan tidak menekan dan mensengkram kasur dan tempat tidur.
d. Tangan bidan akan  merasakan otot abdominal sperti 2 pita karet, arahkan kedua tangan kegaris tengah darin 2 otot jika ada diastasis maka akan terasa batas yang tegas.
e. Ukur jarak kedua otot tersebut dengan satuan jari tangan
f. Letakkan kedua tangan dengan punggung tangan berhadapan untuk memebri tanda batas diatasis otot, posis kedua tangan dipertahankan.
g. Minta pasien untuk menurunkan kepala dan rileks kembali.
h. Ukur kembali jarak kedua otot dengan cara yang sama.
i. Dokumentasikan  hasil pemeriksaan dengan hasil=diastasis 2/5 jari (artinya 2 jari saat kontrksi dan 5 jari saat rilkes)

2.8 Penanganan

1. Pemeriksaan rectus/perut
2. Dianjurkan untuk senam/latihan otot
3. Memakai stagen
4. Fisioterapi       
5. Jika terjadi hernia dilakukan pembedahan

2.9 Kasus

Seorang ibu P2A0 berusia 25 tahun datang ke BPM bidan Winda Yunilasari, SST. Diantarkan oleh ibunya pada pukul 16.30. ibu mengatakan akan melakukan kunjungan ulang setelah persalinan anak keduanya pada tanggal 08 Mei 2015. Hasil anamnesa : ibu mengatakan tidak ada keluhan dan hanya ingiin memeriksakan dirinya. Hasil pemeriksaan : TD: 120/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, suhu: 36,5 ⁰C, respirasi: 16 x/menit, pada palpasi abdomen TFU teraba dipertengahan pusat simpisis, diastasis rekti 2/5, luka perineum kering.
1.     Data subjektif
Ibu P2A0 usia 25 tahun mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang tanpa ada keluhan.
2.     Data objektif
TD: 120/70 mmHg, nadi: 80 x/menit, suhu: 36,5 ⁰C, respirasi: 16 x/menit, pada palpasi abdomen TFU teraba dipertengahan pusat simpisis, diastasis rekti 2/5 (saat kontraksi dan relaksasi).
3.     Assessment
Diagnosa : Ibu P2A0 postpartum 4 hari tidak ada keluhan.
Masalah potensial : tidak ada
Antisipasi masalah potensia : tidak ada
4.     Planning
·         Memberitahu ibu mengenai hasil pemeriksaan
E : ibu menjadi tahu keadaannya
·         Memberikan penkes kepada ibu untuk menjaga kebersihan alat kelaminnya (vulva hygience)
E : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
·         Memberitahu ibu untuk melakukan mobilisasi dan mulai beraktivitas
E : ibu mengerti dan akan melakukannya
·         Mengajarkan ibu untuk melakukan senam nifas (senam kegel) dan memberitahu manfaatnya
E : ibu mengerti dan akan melakukannya di rumah
·         Memberikan penkes kepada ibu dan keluarga untuk konsumsi buah dan sayur dan jangan ada pantangan makanan
E : ibu mengerti dan akan melakukannya
·         Memberitahu ibu untuk istirahat cukup dan jangan melakukan aktivitas berat terlebih dahulu.
E : ibu mengerti dan akan melakukannya
·         Memberikan penkes kepada ibu dan keluarga untuk jangan mempercayai mitos-mitos yang beredar di masyarakat mengenai ibu nifas
E : ibu dan keluarganya mengerti
·         Memberi tahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang satu minggu mendatang
E : ibu bersedia melakukannya


3.1 Kesimpulan

Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen.
Penanganan pada diastasis rekti yaitu pemeriksaan rectus/perut, dianjurkan untuk senam/latihan otot, memakai stagen, fisioterapi, jika terjadi hernia dilakukan pembedahan.
Komplikasi pada diastasis rekti adalah hernia umbilikaslis dan back pain. Semua wanita yang pernah hamil pasti akan mengalami diastasis rekti.
Setelah melahirkan normalnya diastasis rekti sekitar 5 cm dan akan menjadi 2 cm dan akan kembali normal setelah 6-8 minggu.

3.2 Saran

Pada pembahasan makalah ini penulis memberikan saran kepada tenaga kesehatan untuk memberikan penkes bahwa diastasis rekti adalah perubahan fisik yang normal pada ibu post partum dan tenaga kesehatan bersedia untuk mengajarkan senam nifas (kegel).


DAFTAR PUSTAKA


Syaifuddin,abdur bari,dkk.2010.Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
f.Gari Cunningham,dkk.2012.Obstetri Williams.Jakarta:EGC 
Saleha, Sitti. 2009. Asuhan  Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Penuntun Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas.14 Mei 2015. http://www.academia.edu/6306492/PENUNTUN_BELAJAR_PEMERIKSAAN_FISIK_IBU_NIFAS

Selasa, 07 April 2015

kejang pada neonatus

1.1 Latar Belakang

Kejang pada bayi baru lahir tidak banyak dijumpai dan sulit diprediksi dari mana sumbernya. Kejang pada orang dewasa dapat diketahui sumbernya dengan jelas, sedangkan kejang pada bayi sulit ditetapkan sumbernya karena korteks serebri nya belum matang. Bentuk kejang pada bayi baru lahir dapat beraneka ragam dan sangat sulit untuk diterka. Maka dari itu bidan perlu berkonsultasi dengan dokter anak 

1.2 Rumusan Masalah

1.       Apa definisi dari kejang pada bayi baru lahir?
2.       Apa penyebab terjadinya kejang pada bayi baru lahir?
3.       Penilaian apa untuk membuat diagnosis kejang pada bayi baru lahir?
4.       Kelainan fisik seperti apa yang terjadi pada bayi baru lahir yang  mengalami kejang?
5.       Apa tanda dan gejala kejang pada bayi baru lahir?
6.       Bagaimana penanganan kejang pada bayi baru lahir?
7.       Bagaimana peran bidan dalam menangani kasus kejang pada bayi baru lahir?

1.3 Tujuan

1.       Untuk mengetahui definisi dari kejang yang terjadi pada bayi baru lahir
2.       Untuk mengetahui dan memahami penyebab kejang pada bayi baru lahir
3.       Untuk lebih mengetahui tanda dan gejala kejang yang terjadi pada bayi baru lahir
4.       Untuk lebih mengetahui dan bisa diterapkan dalam melakukan penanganan pada bayi baru lahir saat dihadapkan dengan situasi gawat darurat.


2.1 Definisi

            Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dengan manifestasi klinik kehilangan koordinasi neuromotorik.  
            Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang, yang dapat menyebabkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebabnya diketahui, penyakit ini harus segera diobati. Kejang nenonatus tidak sama dengan kejang pada anak atau orang dewasa karena konvulsi klonik cenderung tidak terjadi selama umur bulan pertama. Proses penyembuhan akson dan tonjolan dendrit juga mielinisasi tidak sempurna pada otak neonatus.

2.2 Etiologi

·        Komplikasi perinatal
-       Hipoksi-iskhemik ensefalopati. Biasanya kejang timbul pada 24 jam pertama kelahiran.
-       Trauma susunan saraf pusat. Dapat terjadi pada persalinan presentasi bokong, ekstraksi cunam atau ekstraksi vakum berat.
-       Perdarahan intrakranial.
·        Kelainan metabolisme
-       Hipoglikemia
-       Hipokalsemia
-       Hipomagnesemia
-       Hiponatremia
-       Hipernatremia
-       Hiperbilirubinemia
-       Ketergantungan pridoksin
-       Kelainan metabolisme asam amino
·        Infeksi
Dapat disebabkan bakteri dan virus termasuk TORCH
·        Ketergantungan obat
·        Polisitemia
·        Penyebab yang tidka diketahui (3-25%)

2.3 Klasifikasi Kejang

a.       Subtle
Merupakan tipe kejang tersering yang terjadi pada bayi kurang bulan. Bentuk kejang ini hamper tidak terlihat, biasanya berupa pergerakkan muka, mulut, atau lidah berupa menyeringai, terkejat-kejat, mengisap, menguyang, menelan, atau menguap. Manifestasi kejang subtle pada mata adalah pergerakkan bola mata berkedip-kedip, deviasi bola mata horizontal dan pergerakkan bola mata yang cepat (nystagmus jerk). Pada anggota gerak didapatkan pergerakkan mengayuh atau seperti berenang. Manifestasi pada pernapasan biasanya berupa apnea.
b.      Klonik
Bentuk klinis kejang klonik berlangsung 1-3 detik, tidak disertai gangguan kesadaran. Bentuk kejang ini di akibatkan trauma fokal pada kontusio cerebri pada bayi besar atau bayi cukup bulan, atau pada kelainan ensefalopati metabolik.
c.       Tonik
Kejang tonik biasa didapatkan pada bayi berat lahir rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi-bayi dengan komplikasi perinatal berat seperti perdarahan intraventrikuler. Bentuk klinis kejang ini yaitu pergerakkan tungkai yang menyerupai sikap deseberasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.
d.      Mioklonik
Manifestasi klinis kejang mioklonik yang terlihat adalah gerakan ekstensi atau fleksi dari lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadi dengan cepat. Gerakan tersebut seperti gerak refleks Moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat, seperti pada bayi baru lahir yang dilahirkan dari ibu kecanduan obat. 

2.4 Penilaian Diagnosis

      Penilaian untuk membuat diagnosis antara lain dilakukan penilaian dengan urutan sebagai berikut:
1.      Anamnesis yang teliti tentang keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, dan kelahiran.
-          Riwayat kehamilan
·        Bayi kecil untuk masa kehamilan
·        Bayi kurang bulan
·        Ibu tidak disuntik tetanus toksoid
·        Ibu menderita diabetes mellitus
-          Riwayat persalinan
·        Persalinan pervaginam dengan tindakan (cunam, ekstraktor vakum)
·        Persalinan presipitatus
·        Gawat janin
-          Riwayat kelahiran
·        Trauma lahir
·        Lahir asfiksia
·        Pemotongan tali pusat dengan alat
2.      Pemeriksaan kelainan fisik bayi baru lahir
-        Kesadaran (normal, apatis, somnolen, sopor, koma)
-        Suhu tubuh (normal, hipertermia atau hipotermia)
-        Tanda-tanda infeksi lainnya
3.      Penilaian kejang
-       Bentuk kejang
Gerakan bola mata yang abnormal, nystagmus, kedipan mata paroksismal, gerakan mengunyah, gerakan otot-otot muka, timbulnya apnea yang episode, adanya kelemahan umum  yang periodik, tremor, jitterness, gerakan klonik sebagian ekstermitas, tubuh kaku.
-       Lama kejang
-       Apakah pernah terjadi sebelumnya
4.      Pemeriksaan laboratorium
-       Punksi lumbal
-       Punksi subdural
-       Gula darah
-       Kadar kalsium (Ca++)
-       Kadar Magnesium
-       Kultur darah
-       TORCH
     Pada jitterness dapat dibedakan dari kejang:
·           Tidak didapatkan kelainan pandang dan pergerakan mata
·           Timbulnya karena stimulasi, sedangkan kejang biasanya spontan
·           Gerakan berupa tremor, bukan hentakan klonik
·           Biasanya menghilang apabila dilakukan fleksi pasif
·           Pada umumnya disebabkan oleh dipokalsemia, hipoglikemia, hiposi-iskhemik ensefalopati, drug withdrawal

2.5 Kelainan Fisik dan Diagnosis Banding

      Tabel kelainan fisik dan diagnosis banding kejang pada bayi baru lahir
KELAINAN FISIK
DIAGNOSIS BANDING
Kejang dengan kondisi:
·        Biru, gagal nafas.
·        Trauma lahir pada kepala bayi.
·        Mikrosefali.
·        Perut buncit.
·        Hepatosplenomegali.
·        Mulut mecucu.

Ø  Anoksia susunan saraf pusat.
Ø  Perdarahan otak.
Ø  Cacat bawaan.
Ø  Sepsis.
Ø  Sepsis.
Ø  Tetanus.

2.6 Penanganan

·      Prinsip dasar mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut:
1.         Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang.
       (misalnya Diazepam, Fenobarbital, Fenitoin/Dilantin)
2.         Menjaga jalan nafas tetap bebas.
       (perhatikan ABCD resusitasi)
3.         Mencari faktor penyebab kejang.
       (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, kelainan fisik ditemukan, bentuk kejang, dan hasil laboratorium)
4.         Mengobati penyebab kejang.
       (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia, dan lain-lain)

·      Obat anti kejang
-            Diazepam
Dosis 0,1-0,3 mg/kgbb IV, disuntikkan perlahan-lahan sampai kejang berhenti. Dapat diulangi pada kejang berulang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada  dosis pemeliharaan.
-            Fenobarbital
Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan perlahan-lahan selama beberapa menit. Apabila kejang berlanjut, Fenobarbital dapat diulangi dengan dosis maksimal 20 mg/kgbb. Dosis pemeliharaan ialah 5-8 mg/kgbb/hari dibagi dalam 2 dosis.
-            Fenitoin (Dilantin)
Dosis 5-10 mg/kgbb IV disuntikkan dalam 5-10 menit. Dapat diulangi lagi 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat diatasi dengan Fenobarbital dosis 10-20 mg/kgbb. Sebaiknya Fenitoin diberikan 10-15 mg/kgbb IV pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kgbb IV atau oral dalam 2 dosis.

·      Penanganan kejang pada bayi baru lahir
-            Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat. Pastikan bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu bayi dipertahankan 36.5o – 37o C.
-            Jalan napasbayi dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut, hidung sampai nasofaring.
-            Bila bayi apnea, dilakukan pertolongan agar bayi bernapas lagi dengan alat bantu balon dan sungkup, diberi O2 (oksigen) dengan kecepatan 2 liter/menit.
-            Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer; di tangan, kaki, atau kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus, dilakukan pemasangan infus melalui vena umbilikus.
-            Bila infus sudah terpasang, diberi obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg suppositoria/IM setiap 2 menit sampai kejang teratasi. Kemudian ditambah luminal  (fenobarbital) 30 mg IM/IV.
-            Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada.
-            Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan infus Dekstrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kgbb/hari.
-            Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab kejang (perhatikan riwayat kehamilan, persalinan, dan kelahiran):
1.      apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetes mellitus.
2.      Apakah bayi kemungkinan prematur.
3.      Apakah kemungkinan bayi mengalami aspiksia.
4.      Apakah kemungkinan ibu bayi pengidap/menggunakan bahan narkotika.
-            Bila kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor penyebab kejang, misalnya:
1. darah tepi,
2. elektrolit darah
3. gula darah,
4. kimia darah (kalsium, magnesium)
5. kultur darah,
6. pemeriksaan TORCH, dan lain-lain.
-                 Bila ada kecurigaan kearah sepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal.
-                 Obat diberikan sesuai dengan penilaian ulang .
-                 Apabila kejang masih berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali.
1.      bila kejang terus, diberi Fenitoin (dilantin) dalam dosis 15 mg/kgbb sebagai bolus IV diteruskan dalam dosis 2 mg/kgbb IV setiap 12 jam.
2.      Untuk hipoglikemia (hasil dextrostix/gula darah < 40 mg%) diberi infus dekstrose 10%.
3.      Untuk hipokalsemia (hasil kalsium darah < 8 mg%) diberi kalsium glukonas 10% 2 ml/kgbb dalam waktu 5-10 menit.
4.      Apabila belum teratasi juga, diberi Piridoksin 25-50 mg IV.

2.7  Bagan Penanganan Kejang Pada Bayi Baru Lahir

TANDA – TANDA
Tremor, hiperaktif, kejang- kejang, tiba- tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran pergerakan-pergerakan yang tidak terkendali (involuntary movements), nistagmus atau mata mengedip- mngedip  paroksiksmal.
KATEGORI
·  Tetanus neonaturum        
·  Sepsis
·  Menginitis
·  Ensepalitas
·        Ganguan metabolik ( hipoglikemik atau hipokalsemik).
·        Anoksia susunan saraf pusat.
·        Pendarahan otak.
PENILAIAN

·        Bentuk kejang
·        Lama kejang
·        Suhu tubuh
·        Kesadaran
·        Tanda- tanda infeksi laninya
·        Seluruh badan / lokal
·        Sekejap atau < 1 menit
·        Dengan panas
·        Kesadaran berkurang
·        Lesu / ngatuk /tidak mau minum
·        Seluruh badan / lokal
·        Sekejap atau < 1 menit
·        Tanpak panas
·        Sadar
·        Normal, mau minum
PENANGANAN

Bidan Atau Puskesmas
·        Bersihkan jalan nafas
·        Masukan sendok/ sepatel di bungkus kain untuk menekan lidah
·        Beri oksigen
·        Atasi kejang dengan Diazepam 0,5 mg/ kg supositoria/ i.m. tiap 2 menit sampai kejeng teratasi.
·        Diberi fenobarbital 30 mg i.m.
·        Infus Dektrose 10% ( liat tabel kebutuhan dasar cairan dan kalori pada neonatus )
·        Diberi antibiotika 1 dosis ( liat tabel jenis dan dosis antibiotika).
·        Rujuk rumah sakit.



RUMAH SAKIT
·        Sama dengan di atas
·        Bayi dalam indikator / dihangatkan
·        Beri oksigen
·        Beri Diazepam 0,5 mg/kg supositorial/i.m / i.v
·        Kemudian diberi fenobarbital 30 mg i.v/i.m
·        Bila masih kejang diberi fenitoin 15 mg/ kg i.v dilanjutkan 2 mg /kg tiap 12 jam.
·        Infus Dektrose 10%  6o cc/ kg
·        Beri kalsium glukonas 2 ml/ kg  dalam waktu 5-10 menit.




3.1 Kesimpulan

Kejang adalah kelainan sistem saraf pusat yang terjadi secara mendadak dengan manifestasi klinik kehilangan koordinasi neuromotorik. Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 38 hari sesudah lahir.
Kejang pada neonatus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu kejang subtle, klonik, tonik dan mioloklonik. Tanda dan gejalanya yaitu Tremor, hiperaktif, kejang- kejang, tiba- tiba menangis melengking, tonus otot hilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran pergerakan-pergerakan yang tidak terkendali (involuntary movements), nistagmus atau mata mengedip- mngedip  paroksiksmal.
            Bentuk penanganannya yaitu mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang, menjaga jalan nafas tetap bebas, mencari faktor penyebab kejang, mengobati penyebab kejang.